Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang, Komisariat Universitas Tribhuawana Tunggadewi (UNITRI) Malang, baru-baru ini menggelar acara nonton bareng (nobar) film “Nisan Tanpa Keadilan” yang diikuti dengan diskusi publik.
Diskusi ini berfokus pada masalah terkait tragedi Kanjuruhan.
Acara tersebut bertujuan untuk menjaga kesadaran publik terhadap tragedi besar yang terjadi di Malang dua tahun lalu, yaitu tragedi Kanjuruhan, yang merenggut 135 nyawa.
Hingga saat ini, pelaku tragedi tersebut belum mendapatkan hukuman yang adil, dan korban serta keluarganya masih belum memperoleh keadilan.
HMI juga menuntut pemerintah untuk lebih serius dan tidak lagi bersikap lalai dalam menangani kasus ini.
Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (04/10/2024) di Cafe Wong Ndeso, dengan dihadiri puluhan mahasiswa dari berbagai kampus, baik negeri maupun swasta.
Beberapa tokoh yang hadir sebagai pembicara antara lain Coqi Basil (aktivis MCW) dan Bram Adhi Baskoro (mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya).
Acara dibuka oleh Ketua Umum HMI Komisariat UNITRI, Fahrur Rozi.
Berita HMI lainnya: HMI Kuningan Bahas Masalah Infrastruktur dalam Diskusi DIKTA
Dalam sambutannya, Rozi menekankan pentingnya keberpihakan, dengan mengutip kisah burung pipit yang membawa air dengan paruhnya untuk memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim.
“Yang terpenting adalah keberpihakan kita, agar saat kita ditanya di hari penghakiman nanti tentang posisi kita dalam tragedi Kanjuruhan, kita bisa menjawab dengan bangga bahwa kita berdiri dan berjuang bersama para korban,” ujar Rozi.
Dalam sesi diskusi, Coqi Basil berbagi kisah seorang kakak yang menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi tersebut.
Sebelum kepergiannya, kakak ini tengah membiayai pendidikan adiknya di fakultas kedokteran, namun setelah kejadian, keluarganya menghadapi kesulitan keuangan.
Di tengah diskusi, salah satu peserta menyatakan bahwa tragedi Kanjuruhan bukanlah insiden biasa, melainkan sebuah genosida yang direncanakan oleh negara.
Ia juga menekankan agar diskusi seperti ini tidak hanya menjadi formalitas yang dilupakan setelah acara berakhir, melainkan harus menghasilkan langkah konkret.
Berita HMI lainnya: Bersama Grand Master, HMI Komisariat IKIP Pontianak Gelar Aksi Sosial di Yayasan Nur Ilahi